Apa kendalamu saat mencoba hal baru ?

Klik disini untuk melihat sumbar gambar

Manusia adalah makhluk sosial, manusia adalah orang, manusia adalah gue, dan manusia butuh uang.
Ya, sebagai makhluk sosial, manusia juga makhluk ekonomi.
Nah, Kalau udah ngomongin tentang ekonomi tentunya kita tertuju sama satu benda yang sangat vital posisinya dalam perekomian.
Apa itu ?
Uang!!!
Iya bener uang !
Benda kecil yang ukurannya tidak pernah melebihi ukuran selembar buku bintang obor dan tidak pernah lebih gede dari piringan hitam ini adalah benda ekonomi yang sangat vital yang gue maksud.
Uang itu penting, gunanya banyak.. kalau pun sebagian pepatah mengatakan segala sesuatu itu bukan Cuma masaalah uang, gue sebagai mahasiswa jurusan ekonomi jelas tidak setuju.
Karna apa ?
ya karna siapa bilang di zaman sekarang  itu segala sesuatunya ga pake uang .?
Mau buang kencing aja pake uang, apalagi kalau mau beli kencing ! fiiuuhh,, uang banget men.
Oh ya, ngomong-ngomong masalah uang nih ya,  tentunya kita semua pasti berfikir tentang cara dapetin uang.
Gimana sih cara dapetin uang ?
Sebenarnya cara dapetin uang itu sangat banyak men,
Mulai dari minta sama orang tua, ngemis di jalanan, bikin warung kecil-kecilan sampai yang paling parah maling jemuran .. iya maling jemuran !
Emang jemuran bisa di uangkan ?
Ya bisa lah, dari sekian jumlah jemuran yang lu maling kan bisa aja tuh ada recehan yang masih terselip di beberapa saku jemuran. Iya kan ?
Oke, lupakan soal jemuran.
Sekarang gue mau bahas yang tentang cari uang dengan buka warung kecil-kecilan.
Iya gue udah ngelakuin yang itu.
Nah, ngomong-ngomong masalah buka warung nih ya, ada beberapa hal yang bikin gue kesulitan dan tidak jarang bikin gue salah tingkah.
Apa aja hal-hal yang gue maksud ?
Bingung gimana cara bikin minuman.
Kalian suka minuman manis ? suka susu ? suka teh ? suka sama gue ? Oke, itu kesukaan yang baik.!
Nah kalau kalian suka yang manis, suka susu, suka teh, dan suka *teeetttt  (yang terakhir ga gue masukin) tentunya kalian tau dong ya, seberapa takaran kemanisan sebuah minuman ?
Lidah kalian tentunya sudah akrab dengan yang namanya manis.
Sekarang gue mau kasih tau rahasia terbesar dalam hidup gue (hidup yg sebenarnya datar-datar saja) ini bahwa gue adalah satu dari beberapa manusia yang ga suka dengan yang namanya minuman manis. Gue juga heran men, apa penyebab lidah gue ini ga bisa akrab sama yg namanyanya minuman manis. Kalau dibaca sejarah sih lidah gue ga mati rasa, sebab emak gue bilang sewaktu kecil gue adalah anak yang paling doyan (red : nagih) sama yang namanya makanan dan minuman manis. Mungkin semua berubah karna negara api mulai menyerang. (haha)
Lantas apa hubungannya sama postingan ini ham ?
Ya jelas adalah,
Sini gue jelasin. Berdasarkan paparan gue diatas dapat disimpulkan bahwa sampai pada hari ini gue belum juga bisa menyukai kembali minuman manis yang kabarnya sangat gue doyani sewaktu kecil. Karna hal tersebut, pantaslah gue (cowok sispack kurus) ini tidak biasa membuatkan sebuah minuman manis untuk para pengunjung warung. Wal hasil pada awal gue buka warung, gue banyak sekali menerima komplain dari para pengunjung kedai gue. Para pengunjung (baiknya kita sebut pembeli saja) berkomentar tentang minuman yang telah gue bikinkan.
Mulai dari bilang kalau minuman yang gue bikin airnya kebanyakan, kopinya kurang hitam, susunya kurang empuk manis sampai dengan gelasnya kurang bundar. Fiiuuhh, emang bener-bener nih para pembeli, bikin gue malu dan terharu aja. Nah, kendati demikian yang sudah terjadi dengan gue, alhamdulillah sifat pantang menyerah yang di benamkan allah dalam diri gue masih tetap belum hilang. Ya gue tetap melanjutkan perintisan warkop kecil-kecilan itu. Dan gue berusaha dan berjuang sekuat batman untuk menghasilkan minuman yang berkualitas.  Walau pun tidak berhasil dalam waktu yang singkat, setidaknya waktu bisa menjawab semua perihal kesulitan yang telah menimpa gue (yang jomblo ini) dan pada akhirnya minuman-minuman yang gue bikin tidak salah takar lagi. Mungkin inilah yang di sebut keajaiban dari fakto kebiasaan.
Gue ga bisa masak
:Permasalahan yang kedua yang gue hadapi dalam usaha merintis warung kecil-kecilan ini adalah “Gue ga bisa masak”. Sekali lagi gue tekankan “gue ga bisa masaaaak !”
Teman 1 : “Masak sih lo ga bisa masak ham ? ah payah ! gimana mau jadi bapak rumah tangga yang baik kalau lo ga bisa masak kayak gini ?”
Teman 2 : “Masak mie kan bisa?”
Oke, tenang teman-teman, duduk baik-baik.
Gue akan jelasin.
Untuk Teman 1 : “Sebagai cowok yang baik (muji diri sendiri) dengan jujur gue katakan bahwa memasak bukanlah termasuk keahlian gue. Terakhir gue coba-coba masak gue Cuma berani masak air dan hasilnya pun air yang gue masak kering sendiri di dalam panci *gue masak dengan durasi yang berlebihan.
Untuk teman 2 : “emang sih gue bisa masak mie, munafik sekali kalau misalnya gue ngaku ga pernah masak mie. Tapi yang perlu gue tegasin disini adalah mie yang sering gue bikin ga layak di sebut memasak, karna mie yang sering gue bikin hanya dengan metode tuang ke dalam mangkuk dan rendam dengan air panas *tidak ada kata-kata tungu sampai mendidih yang gue terapin saat masak mie. Setelah mie terlihat lunak masukan bumbu dan kemudian silahkan masukan ke perut. Itu bukan masak men, ! itu merendam !
Nah, sahabat gue yang bersih hatinya, ini adalah permasalahan yang gue alami ketika awal-awal buka warung kecil-kecilan. Memasak adalah kerjaan yang terlihat mudah dan kerap kali gue sepele kan dengan anggapan “ah masak mie apa susahnya sih”.Tetapi Benar adanya tentang apa yang orang bilang bahwasannya Tindakan meyepele kan suatu hal emang ga baik, itu terbukti saat gue pertama bikinin mie untuk para pengunjung warung gue.
Begini ceritanya :
Pengunjung warung meminta dibuatkan mie rebus pake telur dan gue dengan gagah beraninya meluncur kedapur dengan beranggapan gue bisa bikin mie yang enak. Nah, tanpa pikir panjang gue nyalain kompor, trus gue gorengin bawang, gue gorengin segala bentuk rempah (gue beranggapan bahwa dengan menambahkan rempah rasa mie akan bertambah nikmat). Setelah semua rempah berhasil gue goreng gue tuangkan air kedalam wajan dan menunggu sampai airnya mendidih. Gue sengaja menggunakan sedikit air karna dengan begitu bumbu mie akan lebih terasa (*pikir gue dalam hati). Setelah air dalam panci mendidih gue masukin mie terlebih dahulu dan menunggu beberapa menit. Sekarang mie sudah terlihat lembek dan gue yakin inilah saatnya gue masukin telur kedalam wajan, Namun yang terjadi bukanlah gue memasukan telur kedalam mie,  melainkan mencampurkan telur kepada mie (dan jadilah mie bergelimang telur bukan mie ditambah telur). Hufft, lega akhirnya mie bikinan koki ilham selesai juga (pasang mimik sombong).
Sekarang mie udah selesai gue masak, itu tandanya gue Cuma tinggal menyalin ke dalam mangkuk dan memberikan mie itu ke pembeli.
Pembeli menyantap mie bikinan gue...................................................... 10 menit kemudian.
“Bang, lho lagi ngidam ya ?”
“engga kok, gue Cuma lagi jomblo aja, kenapa ?”
“yakin lah sumfah, ini mie pertama dan teraneh yang pernah gue makan. Asin bener men -_-“
“masak sih ? tapi kok mie nya tetap lho habisin ?”
“ya jelas gue habisin lah, daripada mubajir dan perut gue keroncongan trus gue mati kelaparan ?”
FhhiiiiuuuuhHhh... ada petir yang menyambar ke otak gue, satu lagi protes dari pembeli. Itu berarti gue masih perlu banyak belajar men. Pepatah bilang, kegagalan adalah sukses yang tertunda, dan gue berfikir kalau gue ga gagal kok Cuma gue belum sukses aja. Semenjak kejadian malam itu gue akhirnya rajin browsing di internet “bagaimana sih cara bikin mie yang ga asin”. Dan disini waktu masih berperan vital, waktu masih berjasa besar mengajarkan gue bahwasannya “hanya dengan keterbiasaan lah semuanya itu akan sesuai takarannya”.
Lupa harga
Di warung begitu banyak barang daganngan yang di jejerkan di perdindingan. Mulai dari sabun mandi, sabun makan, sampai dengan sampo kambing. Tak lupa pula di meja-meja gue jejerkan beberapa makanan ringan seperti permen, kacang-kacangan, dan batu akik (yg terakhir bukan makanan ringan).
Dengan banyaknya ragam barang dagangan seperti itu tak jarang membuat gue jadi lupa detail harga tiap-tiap barang yang ada di warung gue sendiri. Ya begitu lah manusia, sering khilaf dan juga lupa.
Tapi lagi-lagi gue tekankan bahwa faktor keterbiasaanlah yang kembali menolong gue yang be-keterbatasan mengingat banyak hal secara detail ini.
Was-was besok bakal bangun kesiangan
Sebagai seorang calon sarjana yang baik gue selalu berusaha membiasakan hal-hal yang baik pada diri gue sedini mungkin. tapi apa hendak dikata, sebagai manusia biasa gue hanya bisa berkeinginan kepada hal-hal yang baik, sementara mengenai apa fakta yang akan terjadi itu adalah di luar kuasa gue (selaku mahasiswa komunitas tuna asmara).
Buka warung kopi itu artinya gue harus rela mengorbankan jam tidur gue. emang sih setelah gue masuk kuliaj keharusan untuk bangun pagi sudah tidak ada lagi, tapi secara jujur gue katakan gue sangatlah membenci yang namanya bangun kesiangan . karna apa ? karna gue pribadi merasakan sesuatu yang teramat tidak ingin gue rasakan saat bangun. Apa itu ?
  • rasa iba hati
“mau jadi apa gue kalau bangun kesiangan terus”,
  • kalau bangun kesiangan gue merasa separuh waktu gue udah gue buang secara mubazir sementara agama gue mengajarkan tentang sangat tidak baiknya membuang waktu. “Wal ashr”
  • gue merasakan malu pada sekitar, kalau-kalau sekitar gue tau gue adalah orang yang selalu bangun kesiangan. Mereka pasti berfikir kalau gue ini adalah orang pemalas.
Nah, terlepas dari semua rasa yang gue rasain saat bangun kesiangan itu, gue tetap tidak bisa berbuat apa-apa. Karna apa ? karna hidup adalah pilihan, dan apa yang gue jalani sekarang adalah murni pilihan gue. Gue milih buka warung berarti gue juga harus rela bangun kesiangan terus (kesiangan karna harus begadang semalaman).


Oke, itulah beberapa kendala yang gue temui saat gue mencoba peruntungan dengan membuka warung kecil-kecilan. Doa-in ya agar gue sukses dengan kehidupan gue yang malang ini. Doa-in agar gue cepat wisuda dan bisa dapat kerjaan yang bagus setelah wisuda atau doa-in gue supaya jadi sarjana yang berguna setelah lulus (membukakan lapangan pekerjaan untuk orang2 misalnya.. hehe).
Pelajaran yang dapat gue petik dari kejadian-kejadian di atas adalah :
Sebagai manusia (apalagi udah mahasiswa) gue harus segala bisa dalam mengerjakan sesuatunya, tak terkecuali mengerjakan hal-hal kecil yang oleh sebagian orang di anggap remeh.
Gue bisa belajar dari faktor keterbiasaan. Dan gue berkesimpulan bahwa “gue belum bisa atau masih gugup karna memang gue belum terbiasa”.
Gue bisa belajar bahwa hidup ini ga akan pernah bisa kita tebak. Gue ga akan pernah tau bakal jadi apa gue di masa depan. Ya walau pun gue punya cita-cita besar, tetaplah tuhan yang akan jadi penentu pada akhirnya nanti. Gue sebagi manusia hanya bisa berusaha dan berjuang sekuat tenaga. Dan yang paling penting gue Cuma harus memerankan peran gue dengan sebaik-baiknya sesuai peran apa yang telah di amanhkan tuhan kepada gue dalam skenarionya.
Bagi kalian yang juga pernah memiliki pengalaman menyepelehkan hal kecil yang rupanya sangat berarti besar silahkan tulis di komen box.



Terima kasih.

15 comments:

  1. warkop lu dimana? gue pengen icip-icip mie-nya, kalau masih gak enak, sini gue ajarin :d

    ngomong-ngomong soal menyepelekan, gue juga pernah ko,, pas menyepelekan ngerjain skripsi, akhirnya skripsi gue molor tapi setelah bener-bener fokus, skripsi gue beres dalam waktu kurang dari dua bulan :d meski gue yakin sih isinya ancur-ancuran, hahaha ;-( tapi yang penting udah lulus :d

    ReplyDelete
  2. kalo aku sih biasanya terbentur sama yang namanya NIAT

    ReplyDelete
  3. iya mas, hidup itu gak pernah ketebak. kita gak tau ntar jadi apa... tapi butuh rencana, hehe

    ReplyDelete
  4. selama ada kemauan, pasti ada jalan bro :)
    gue juga sering was-was bangun kesiangan. sekali lagi gue telat ke sekolah, ortu dipanggil. kampret gak tuh..

    ReplyDelete
  5. Kalo gue kendalanya pesimis duluan. T.T Padahal bener, hidup nggak bisa ditebak, tapi gue malah percaya ama tebakan gue sendiri.

    ReplyDelete
  6. Wah salut sama kamu yang udah berani buka usaha mandiri. (y) langka loh anak muda kayak gitu.fighting! :D

    btw berbicara masalah kendala, kendala gue tuh kurang fokus. soalnya kalo ditawari bisnis ini ikut, bisnis itu ikut, datang lagi yang satunya ikut. itu karena gue menganggap tiap penawaran yg datang adalah peluang tapi akhirnya bikin gue gak fokus dan bikin planning yang pada awalnya tersusun rapi jadi berantakan. -_-

    ReplyDelete
  7. salut mas. tulisan-tulisannya menyadarkan. kalau ane sering menyepelekan hal-hal kecil. mantap, lanjutkan mas blo. atau mungkin mau mampir ke ane di https://cahmaduro.wordpress.com

    ReplyDelete
  8. Kalo gue tipikal pemikir kejauhan. Iya, belum juga nyoba udah mikir ntar gimana? kalo gagal gimana? Akhirnya jadi takut buat mencoba. Pdahalkan jangan kayak gitu harusnya :|

    ReplyDelete
  9. keren. berjuang terus bang ! (b)

    ReplyDelete
  10. Ini parah, hampir semua kendalanya itu skill yang seharusnya lu punya :'D
    Tetap semangat deh :D

    ReplyDelete
  11. Takut, itu kendala paling parah dari gue. Kadang sebelum sesuatu itu mulai bahkan kadang baru niat, gue udah menolak melakukannya.

    ReplyDelete
  12. Takut, menyepelekan hal kecil dan buka usaha yang seharusnya tidak kita buka... Hm... Disitu saya merasa sedih.. Hihihihi.. Salam sibocahlaliomah...

    ReplyDelete
  13. Waw, keren! Sukses deh merintih usahanya..
    Segala sesuatunya diJadikan pengalaman aja. Hahha,.insha allah, itulah awal dr kesuksesan :D

    ReplyDelete
  14. haha keren mas, semoga sukses ya...
    btw lo gue ikutin nerima liebster award ya

    ReplyDelete